
Surabaya – Komite bersama jajaran pendidik SMA Negeri 9 Surabaya (SMANIXBAYA) menggelar kegiatan Parenting bertajuk “Mendampingi Generasi Emas Tanpa Cemas” di Aula SMAN 9 Surabaya, Jumat (19/9/2025).
Acara ini diikuti oleh wali murid kelas X dan XI, dengan tujuan memperkuat sinergi antara sekolah dan orangtua dalam mendampingi tumbuh kembang siswa, baik dari sisi akademik, pembentukan karakter, hingga kesehatan mental dan fisik.
Kegiatan parenting ini menjadi momentum penting, terutama setelah terjadinya kericuhan pelajar pada akhir Agustus lalu yang melibatkan siswa SD, SMP, hingga SMA sederajat. Berdasarkan data Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) Surabaya, kericuhan tersebut melibatkan murid dari 2 SD/MI, 13 SMP/MTs, 43 SMA/SMK, serta 1 pondok pesantren. Pihak SMAN 9 Surabaya memastikan tidak ada satupun siswanya yang ikut dalam peristiwa tersebut.
Plh Kepala SMAN 9 Surabaya, Sukirin Wikanto, dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi sekolah dengan wali murid sebagai bagian dari keluarga besar SMAN 9.
“Kami ingin wali murid turut serta aktif dalam mendampingi proses pendidikan, sehingga anak-anak tidak hanya berkembang secara akademik, tetapi juga memiliki karakter dan mental yang kuat,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Komite SMANIXBAYA, Dr. H. Suli Da’im, S.Pd., SM., MM. Ia menegaskan bahwa kegiatan parenting merupakan program bersama sekolah dan komite untuk mendorong keterlibatan orangtua dalam berbagai kegiatan pendidikan. “Kami ingin forum orangtua bukan sekadar administratif, tetapi juga berperan aktif dalam mendukung program kurikulum dan pembinaan karakter. Pendidikan bukan hanya tugas sekolah, melainkan tanggung jawab bersama,” tegasnya.
Suli Da’im juga menyinggung pentingnya pemahaman regulasi, termasuk membedakan antara iuran, pungutan, dan sumbangan sebagaimana diatur Permendikbud No. 75 Tahun 2016. Menurutnya, transparansi dan partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan pendidikan berbasis nilai.
Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, Sutartik, menambahkan bahwa program parenting telah lama dipersiapkan dengan tujuan mempererat hubungan sekolah, orangtua, dan masyarakat.
“Kami butuh dukungan dari masyarakat, baik terkait pendanaan, pembinaan pergaulan anak di luar sekolah, maupun hubungan anak-anak dengan para guru,” ujarnya.

Pada sesi puncak, parenting untuk kelas X menghadirkan narasumber dari Komnas PA Surabaya, Syaiful Bachri. Sedangkan untuk kelas XI diisi oleh psikolog anak, Asteria. Dalam paparannya, Syaiful menilai lemahnya komunikasi antara orangtua dan anak menjadi salah satu pemicu keterlibatan pelajar dalam kasus sosial, termasuk kericuhan di Surabaya.
“Ketika komunikasi di rumah tidak berjalan baik, anak mencari pola di luar. Itulah yang memicu mereka mudah terpengaruh ajakan negatif,” ungkap Syaiful. Ia menekankan agar orangtua melek teknologi, mengingat anak-anak tumbuh di era digital. “Didiklah anak sesuai zamannya. Kalau akhlaknya kuat, meski banyak ajakan negatif, mereka tidak akan mudah terbawa,” ujarnya, mengutip nasihat Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Melalui kegiatan parenting ini, SMAN 9 Surabaya berharap para orangtua semakin sadar bahwa penguatan akhlak, disiplin, dan tanggung jawab tetap menjadi benteng utama bagi anak-anak untuk menyongsong generasi emas Indonesia 2045.