
Bangkalan – Pagi itu, Selasa (12/8/2028), halaman Balai Desa Arosbaya mulai ramai sejak matahari belum tinggi. Suara langkah kaki dan sapaan hangat bercampur dengan aroma tanah basah usai hujan malam tadi. Di sudut halaman, tumpukan karung beras putih berjajar rapi — penanda hari yang dinanti oleh ratusan warga.
Bagi sebagian besar keluarga di Kecamatan Arosbaya, bantuan beras dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) bukan sekadar kiriman rutin. Ini adalah jaminan beberapa minggu ke depan, bahwa panci di dapur tetap berisi dan meja makan tidak akan kosong. Setiap penerima pulang membawa total 20 kilogram beras — 10 kilogram untuk alokasi Juni dan 10 kilogram untuk alokasi Juli 2025.
Kepala Desa Arosbaya, H. Wawan, ikut berdiri di antara warganya. Bersama perangkat desa, petugas Program Keluarga Harapan (PKH), dan aparat TNI-Polri, ia memastikan tak satu pun warga yang berhak terlewat. “Kami ingin penyaluran ini benar-benar tepat sasaran dan berjalan lancar. Ini bentuk kepedulian, dan tentu saja pengabdian kepada rakyat,” katanya sambil menyalami warga yang datang.
Di tengah keramaian, pemandangan menghangatkan hati kerap muncul. Seorang anggota TNI mengangkatkan karung beras ke pundak seorang nenek, lalu menuntunnya perlahan keluar. Anak-anak berlarian di halaman rumah kepala desa, bermain sambil sesekali mengintip orang tuanya yang mengantre.
“Alhamdulillah,” ucap seorang ibu paruh baya sambil tersenyum lebar. “Bisa membantu kebutuhan makan beberapa minggu ke depan.” Senyum seperti itu hari itu bukan miliknya seorang — ia menular, menyebar dari wajah ke wajah.
Di Arosbaya, bantuan beras Bapanas bukan hanya soal pangan. Ia menjadi pengikat solidaritas, mengingatkan bahwa di tengah tantangan hidup, masih ada ruang untuk saling menguatkan.