BANGKALAN — Di ujung tenggara Kabupaten Bangkalan, sekitar 45 kilometer dari pusat kota, berdiri sebuah lembaga pendidikan Islam yang telah mengakar kuat sejak masa lampau. Pondok Pesantren At-Tahririyah namanya. Didirikan pada tahun 1958 oleh ulama kharismatik Almarhum KH. Tahrir, pesantren ini tumbuh menjadi pusat pendidikan dan pembinaan karakter generasi muda yang berbasis pada nilai-nilai keislaman, berpadu harmoni dengan semangat zaman.
Berlokasi di atas lahan seluas 7.000 meter persegi di kawasan pesisir, At-Tahririyah menawarkan pemandangan alam yang menenangkan. Hembusan angin laut, debur ombak yang konstan, dan keteduhan pepohonan menciptakan atmosfer khusyuk yang memperkuat proses menimba ilmu.
“Santri kami tidak hanya belajar fikih dan tafsir, tetapi juga dilatih untuk tangguh menghadapi tantangan zaman,” ujar KH. Maulana Mansur, salah satu pengasuh generasi ketiga yang kini melanjutkan estafet kepemimpinan pondok.
Warisan dan Regenerasi
Pondok ini tak hanya mewarisi nilai-nilai keilmuan dari pendirinya, namun juga tradisi regenerasi kepemimpinan yang berjalan secara alami. Setelah wafatnya KH. Tahrir, pondok diasuh oleh cucunya, KH. Syaiful Bahar bin Abdul Alam, dan kini dilanjutkan oleh generasi berikutnya, Kyai Maulana Mansur. Konsistensi ini menjadikan At-Tahririyah sebagai institusi yang kokoh secara struktur dan kultural.
Harmoni Kitab Kuning dan Penguatan Karakter
Program pendidikan di At-Tahririyah mengedepankan kombinasi antara pendalaman ilmu klasik melalui kajian kitab kuning, penghafalan Al-Qur’an, serta pendidikan karakter yang terstruktur. Pendekatan ini menjadikan santri tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga kuat secara spiritual dan emosional.
Di tengah arus modernisasi yang deras, At-Tahririyah memilih pendekatan moderat. Modernitas bukan ditolak, tetapi diolah dan diserap secukupnya, sejauh tetap berpijak pada nilai-nilai Islam.
“Kami percaya bahwa tantangan zaman hanya bisa dijawab oleh generasi yang tidak tercerabut dari akarnya,” tambah Kyai Mansur.
Lembaga Pendidikan dan Pengabdian
At-Tahririyah bukan sekadar tempat mengaji. Ia telah menjelma menjadi lembaga yang turut membangun masyarakat, baik lewat dakwah maupun pengabdian sosial. Santri yang lulus diharapkan mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat, membawa misi dakwah dan nilai-nilai kebajikan.
Pondok ini juga terus berupaya mengembangkan diri melalui program-program penguatan kelembagaan dan kerja sama dengan berbagai pihak, tanpa kehilangan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan berbasis pesantren.
Menjaga Asa di Tengah Ombak
Delapan dekade merdeka, Indonesia terus menghadapi dinamika perubahan sosial dan budaya. Di tengah arus globalisasi, pondok pesantren seperti At-Tahririyah menjadi benteng moral sekaligus pelita ilmu bagi generasi penerus bangsa.
Dengan tradisi yang terjaga dan semangat inovasi yang terus dirawat, Pondok Pesantren At-Tahririyah tetap setia pada misinya: mencetak insan berilmu, beriman, dan berakhlak mulia—dari bibir pantai, untuk Indonesia.(Muhlisul)